ASAL-USUL NAMA SAMAWA

Asal usul nama sumbawa 

Dari mana para penjelajah membuat nama sebuah pulau?. Dalam ilmu Toponimi nama pulau dibuat oleh para penjelajah didasarkan pada temuan benda, atau tumbuhan dan atau binatang yang khas ditemukan di pulau tersebut sebagai penanda dan atau informasi bagi penjelajah berikutnya yang lalu dituliskan dalam peta. Untuk itu peta peta kuno sebelum abad ke 15 terfokus pada keadaan peta laut “zeekarten”. Sehingga bentuk pulau dalam peta digambarkan dalam gambar binatang laut seperti ikan Paus, Buaya dan lain sebagainya sebagai penanda bahwa mereka menemukan hal hal tersebut dalam penjelajahan.

Lalu apa arti kata Cambaba?. Rodriges dalam penjelajahannya sebelum sampai ke Nusantara, terlebih dahulu melewati Afrika. Di Afrika Timur akhir abad ke- 14 Rodriges menemukan perdagangan batu mulia yang disebut Cambaba.

Begitu juga dalam catatan perjalan Otiles sebagai orang pertama yang menyebut Istilah Cambaba, bahwa Cambaba adalah nama sebuah batu mulia yang menjadi alat tukar yang sangat bernilai saat itu di luar jalur Sutra. Batu Cambaba merupakan batu berwarna hijau yang kini istilah Cambaba diambil oleh sebuah perusahaan sebagai sebuah brand untuk barang barang mewah. Dari deskripsi pengertian nama Cambaba dalam karya karya pembuat peta kuno tersebut -meski tidak khusus menjelaskan tentang kenapa Pulau Sumbawa disebut Cambaba- namun penulis dapat menyimpulkan bahwa nama Cambaba untuk Pulau Sumbawa sangat dimungkinkan diakibatkan oleh sang pembuat peta menemukan Batu Cambaba -sebagaimana batu yang sebelumnya mereka temukan di Afrika- di Pulau yang kini kita kenal dengan nama Pulau Sumbawa.
Bantahan pada Sang Guru

Adalah Taufiq Rahzen orang Sumbawa yang terkenal sebagai Budayawan Asia kemudian memberikan pemaknaan lain atas terminologi Kata Sumbawa. Meski Taufiq Rahzen tidak mengenal penulis, namun bagi Penulis Taufiq Rahzen sudah lama menjelma menjadi Guru Imajiner yang penulis idolakan. Untuk meresapi sang Idola, Penulis sering nongkrong di Cafe Newsium tempat aktifitas Kabudayaan Taufiq Rahzen yang sering penulis sebut dengan singkatan “TR

Persentuhan pemikiran dengan TR terkait terminologi kata Sumbawa adalah ketika penulis sedang fokus mendalami peta peta kuno untuk menemukan sejarah kata Sumbawa. Tak dinyana ternyata di bulan puasa tahun ini tanggal 27 Juli, TR memberikan ceramah kebudayaan tentang Sejarah Nama Sumbawa di Kampus ISBUD Sumbawa. Dari ceramah tersebut, Penulis mencoba untuk mendalami alam pemikiran TR tentang sejarah dan terminologi kata Sumbawa. Yang lalu penulis berkesimpulan bahwa basis pikiran TR terkait Sumbawa didasarkan pada pendekatan sejarah yang dicampur dengan kosmologi Hindu-Budha Jawa.

Memang selalu menarik menelusuri sejarah melalui kitab Babad baik Jawa atau pun Bali, karena itulah satu satunya data tertulis yang bisa dikonsumsi. Namun menjadikan babad sebagai dasar pembenaran sejarah adalah penyederhanaan yang terlalu rapuh. Karena babad sendiri penuh dengan sengkalut labirin sejarah yang susah dibuktikan secara ilmiah. Babad Tanah Jawi semisal telah menjadi alat legitimasi kekuasaan dan claim historis bagi kerajaan Mataram (Pedalaman) untuk menghilangkan peran dan dinamika kerajaan kerajaan lain di Jawa terutama Kerajaan Pesisir. Konflik pembuktian yang sama juga kita temukan ketika berhadapan dengan Pupuh Pararaton dan ataupun kitab Negara Kertagama.

Namun antara penulis dan TR memiliki kesamaan pandangan bahwa nama Sumbawa lebih dahulu eksis dari nama Samawa. Untuk itulah fokus kajian filsafat kebudayaan TR adalah tentang geneologi diksi Sumbawa, bukan Samawa. Namun meski TR juga menggunakan teori Toponimi (ilmu penamaan Pulau), akan tetapi penulis berpandangan bahwa TR terlalu banyak dipengaruhi oleh pendekatan budaya dan falsafah Jawa.

Bagi penulis, jika konsisten menggunakan ilmu Toponimi, maka untuk mengetahui sejarah penamaan sebuah Pulau cukup dengan mencari siapa pembuat peta awal yang memberikan nama pada sebuah Pulau, lalu carilah makna dalam pemikiran pembuat peta tersebut tentang kenapa pulau tersebut dinamakan A, B atau C tanpa dipercanggih dengan falsafah yang basis historisnya masih diragukan. Namun memang menggeluti budaya dan filsafat adalah sesuatu yang membuat orang asik sehingga menarik untuk didalami.

TR meyakini nama Sumbawa sudah muncul sejak abad ke 4 M, jauh sebelum Rodriges membuat peta Kuno yang memberi nama pulau kita dengan nama Ssimbawa. Sehingga mungkin juga pembuat peta kuno dari Eropa mengambil istilah Ssimbawa atau Cambaba dari nama yang sudah terlebih dahulu ada menjadi keyakinan masyarakat setempat.

Salah satu pemikiran TR tentang sejarah nama Sumbawa diyakini berasal dari nama Ratna Sambawa. TR memandang bahwa sejak awal awal Masehi Sumbawa sudah menjadi pusat peradaban dunia sebagai tujuan para pencari kesejatian hidup untuk menemukan air kehidupan atau ma ul hayat (baca: Kisah Dewa Ruci), setelah dari Tibet. TR meyakini Ratna Sambawa yang berasal dari Pasemah (Palembang) melakukan perjalanan di era sebelum Sriwijaya hingga ke pulau yang kini kita kenal dengan nama Pulau Sumbawa.

TR melihat ajaran Ratna Sambawa melekat dalam nilai dan kultur masyarakat Sumbawa yang lalu di masa Islam diadaptasi dengan kreatif dalam tradisi tradisi Islam. Sementara kata Besar di belakang kata Sumbawa dihubungkan dengan kepercayaan Mahayana dalam agama Budha yang berarti Maha (Besar). Di Tibet Ratna Sambawa kini menjadi nama pusat ajaran agama Budha untuk mengatur poros dunia. Ratna Sambawa mempengaruhi dunia diawali oleh adanya seorang Guru di banglades yang belajar dari Resi Dharmakirti dari Sriwijaya. Ajaran Dharmakirti ini kemudian dibawa oleh Atisyah ke Tibet.

Ajaran ini masih dianut oleh kaum Budha Tibet yang turun temurun hingga sekarang melalui ajaran Dalailama. Salah satu ajaran Dharmakirti adalah Tong-len, yaitu kebenaran ditemukan melalui perdebatan dan seni. Dalam proses Tong-len kemudian muncul Kowan atau pencerahan pemikiran yang tiba tiba muncul dalam proses perdebatan. Itulah kenapa orang Sumbawa dikenal paling kuat baslaong dan berdebat. Hal tersebut diyakini berasal dari tradisi Tong-len. TR kemudian menghubungkan ajaran Dharmakirti dengan Toponimi nama Pulau Moyo.

Ajaran Ratna Sambawa selalu melihat dan memandang realitas sebagai sesuatu hal yang Maya, kata Maya inilah asal kata Pulau Moyo. Lalu di pulau seberangnya terdapat Pulau Satonda yang berasal dari Sat-cit-ananda (Kebenaran-Kesadaran-kebahagian) ketika Moksa, Satcitananda adalah pondasi dasar ajaran Mahayana untuk selanjutnya menuju Shang-Hyang yang kemudian menjadi nama Pulau Sangeang.

TR kemudian melihat salah satu tradisi Sumbawa yang paling original yang hanya dikenal di Nepal dan Tibet. Tradisi tersebut diadaptasi secara kreatif dalam budaya Islam menjadi Sakeco. Tradisi ini berasal dari ajaran Darmakrti di era sebelum Sriwijaya yang kemudian dibawa ke Tibet oleh Atisyah dan terus berlanjut dikembangkan oleh Dalailama. Selanjutnya yang paling identik adalah Saketa yaitu penggunaan suara kerongkongan untuk pemujaan (Ho Ham). Di Tibet Saketa ini dikenal dengan mantra “om mani padme hum” yang samar didengar “Ho Ham”. Mantra ini merupakan ajaran mahayana sebagai induk dari ajaran tantrayana.

Posting Komentar untuk "ASAL-USUL NAMA SAMAWA "